Siapa yang tidak kenal dengan Pahlawan Tuanku Imam Bonjol asal Sumatera Barat yang lahir pada 1 januari 1772 ini. Dan ia merupakan seorang pahlawan asal sumatera yang berjuang melawan belanda di era reformasi dan yang lebih terkenalnya itu dengan nama perang padri yang terjadi pada tahun 1803-1838 ini.
Cerita Perang Padri
Perang Padri sangatlah terkenal di masa itu dan tentunya seorang pahlawan negerti muncul dari era itu yang bernama Imam Bonjol ini. Pada perang padri ini terjadi pada 18 tahun lamanya dan dimana seorang Tuanku Imam Bonjol ini muncul melawan sekelompok para penjajah asal Belanda.
Dimana seorang Tuanku Imam Bonjol pada saat itu muncul sebagai salah satau lawan terberat penjajah dari negeri Belanda di Sumatera Barat ini. Tuanku Imam Bonjol ini juga sangat di kenal oleh masyarakat lokal dan juga meninggalkan luka yang sangat dalam untuk orang Minang atau orang Batak.
Pasukan Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol dan juga para ulama ulama lainnya ini turut memberikan perlawanan pada pemerintahan Hindia Belanda yang dalam perjanjiannya ditandatangani di Sumatera Barat ini. Pada perjanjian tersebut Belanda sendiri mendapatkan kompensasi terhadap beberapa pengguasaan wilayah di pedalaman Sumatera Barat oleh suku lokal.
Betapa sulitnya Belanda menggalahkan pasukan Padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol ini, dan Belanda pun akhirnya menggajak ketua atau pemimpin pasukan padri ini yaitu Tuanku Imam Bonjol untuk mendamai pada perjanjian Masang di tahun 1824.
Sayangnya semakin lama semakin kuat pula Belanda atas lawanya pasukan padri ini. Akan tetapi pasukan padri yang di pimpin oleh Imam Bonjol ini tidak menyerah begitu saja terhadap pasukan Belanda, dan mereka pun bergabung dan bersatu untuk melawan pasukan Belanda ini.
Setelah belanda menyadari kalau kaum Padri dan beberapa ulama lainya seperti kaum Adat yang telah menyatu dan semakin kuat itu, Belanda pun akhirnya menculik Imam Bonjol dan dibuang ke Cianjur. Tidak lama kemudian sang pahwalan sumatera barat itu meninggal di kota Minahasa dimana kota tersebut adalah kota pembuangan terakhirnya.
Setelah masyarakat menyadari kalau ketua peperangan kaum Paderi itu meninggal dunia dan merekapun mengapresiakan sang pahlawan nasional Indonesia berkat semua jasa-jasanya yang telah beliau berikan.