Menjelajahi Indonesia terutama di bagian timur yaitu Papua menyimpan banyak sekali tradisi dan budaya yang masih belum kita ketahui. Salah satunya ada festival tahunan yang diadakan oleh penduduk sekitar.
Di tengah jantung pergunungan tinggi papua terdapat sebuah festival yg diadakan rutin setiap tahunnya. Festival Lembah Baliem namanya, mungkin terdengar asing bagi kita, akan tetapi Festival ini adalah festival paling tua di tanah Papua. Diadakan sejak tahun 1989, festival ini setiap tahunnya menarik ribuan peserta dari mancanegara maupun lokal.
Suku Dani, Lani, Yali dulunya adalah suku yg suka berperang. Perang bagi mereka bukanlah sekedar adu kekuatan, akan tetapi juga melambangkan kesuburan dan kesejahteraan, darah dari peperangan akan membawa kesuburan bagi ladang dan ternak. Tetapi saat ini perang hanyalah menjadi atraksi ketika festival, perang sesungguhnya tidak lagi menjadi tradisi.
Atraksi perang dibuat senyata mungkin akan tetapi juga tetap aman untuk ditonton. Atraksi diisi dengan alur cerita tentang kehidupan sehari – hari yang akhirnya berujung pada sebuah konflik. Biasanya diakibatkan karena masalah cinta, penculikan gadis suku lain, penyerbuan ladang ataupun babi.
Festival ini tidak hanya diikuti oleh kaum lelaki, akan tetapi juga diikuti oleh kaum wanita bahkan anak – anak.
Puluhan distrik yg ada di pergunungan Wamena hadir disini, dari distrik Walesi yg paling dekat sampai distrik Trikora yg katanya menempuh 7 hari 7 malam berjalan kaki hadir disini. Dan disinilah kesempatan untuk kita bisa melihat keberagaman budaya suku2 yg tinggal di Lembah Baliem.
Selain atraksi perang2an, juga ada acara yg mengundang tawa, yaitu karapan babi. Disini babi peliharan mama2 akan diadu kelincahan dalam berlari. Tidak ketinggalan juga bakar batu yg merupakan merupakan tradisi penting di tanah Papua. Bakar batu adalah ritual masak bersama warga satu kampung yg tujuannya untuk bersyukur ataupun untuk bersilaturahmi.
Bumi pertiwi ini memiliki keragaman budaya yg luar biasa, bangga rasanya bs merasakan antusias dan semangat gotong royong para masyarakat disini dalam menjaga nilai2 dan budaya yg diwariskan agar tidak punah digerus zaman. Source : @catatanbackpacker